Judul : Karena Letusan Gunung Berapi di NTB, Napoleon Bonaparte Kalah Perang, Dunia Memasuki Tahun Tanpa Musim Panas, Sepeda Juga Terlahir
link : Karena Letusan Gunung Berapi di NTB, Napoleon Bonaparte Kalah Perang, Dunia Memasuki Tahun Tanpa Musim Panas, Sepeda Juga Terlahir
Karena Letusan Gunung Berapi di NTB, Napoleon Bonaparte Kalah Perang, Dunia Memasuki Tahun Tanpa Musim Panas, Sepeda Juga Terlahir

Letusan Gunung Tambora tahun 1815 disebut menyebabkan dunia memasuki tahun tanpa musim panas dan Napoleon Bonaparte kalah perang. Letusan ini juga disebut "melahirkan" sepeda.
---
Terbaik untuk Anda hadir di Channel WhatsApp, ikuti dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Terbaik untuk AndaOnline.com - Pernahkah kalian membayangkan bahwa kekalahan Napoleon Bonaparte di Eropa pada tahun 1815 salah satunya disebabkan oleh apa yang terjadi di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat? Tak hanya itu, peristiwa tersebut juga membawa dunia memasuki tahun-tahun tanpa musim panas.
Ada beberapa letusan gunung berapi super dahsyat di Indonesia, salah satu di antaranya yang paling monumental adalah letusan Gunung Tambora pada tahun 1815. Letusan ini disebut membuat Napoleon Bonaparte kalah perang dan dunia pun masuk ke dalam tahun-tahun tanpa musim panas.
Letusan Gunung Tambora memiliki skala VEI 7 (dari 1-8). Sebuah laporan ilmiah menganalisis bagaimana dampak letusan Gunung Tambora menyebabkan dunia lumpuh. Letusan Gunung Tambora juga disebut berdampak terhadap jalannya Perang Napoleon — yang berakhir dengan kekalahan Napoleon di Waterloo ketika menghadapi tentara Sekutu.
Disebutkan bahwa abu vulkanik yang mengandung listrik dari Gunung Tambora melesat ke atmosfer Bumi hingga menyebabkan perburukan cuaca global. Letusan Tambora juga disebutkan telah mengubah sejarah Eropa pasca-perang di Waterloo.
Kita tahu, Napoleon kalah dari pasukan Sekutu karena cuaca buruk. Medan perang menjadi berlumpur akibat hujan deras yang membantu pasukan Sekutu untuk bergerak diam-diam di medan yang basah.
Tapi tidak banyak yang tahu bagaimana cuaca buruk itu terjadi. Para sejarawan percaya, Gunung Tambora di Pulau Sumbawa yang meletus dua bulan sebelum perang itulah yang telah membawa dunia pada 'Tahun Tanpa Musim Panas' pada tahun 1816.
Akibat letusan itu, turun hujan lebat di Eropa yang menguntungkan pasukan sekutu untuk mengalahkan Napoleon Bonaparte.
Temuan tersebut kemudian dipublikasikan dalam Jurnal Geologi, menunjukkan bahwa letusan telah menghempaskan abu jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya ke atmosfer - hingga 100 kilometer di atas tanah. "Penelitian saya, bagaimanapun, menunjukkan bahwa abu vulkanik dapat didorong ke atmosfer oleh kekuatan listrik," kata Dr Grenge, peneliti.
Deretan eksperimen menunjukkan bahwa gaya elektrostatik dapat mengangkat abu lebih tinggi daripada hanya dengan daya apungnya sendiri. Dr Genge menciptakan sebuah model untuk menghitung sejauh mana abu vulkanik yang bermuatan bisa naik, dan menemukan bahwa partikel yang lebih kecil dari 0,2 juta meter dalam diameter dapat mencapai ionosfer selama letusan besar.
Gumpalan dan abu vulkanik keduanya dapat memiliki muatan listrik negatif dan dengan demikian mendorongnya tinggi di atmosfer. "Efeknya sangat mirip seperti dua magnet yang saling ditolak jika kutubnya sejajar," tambahnya.
Hasil eksperimen ini konsisten dengan catatan sejarah dari letusan lainnya. Karena minimnya catatan cuaca pada tahun 1815, untuk menguji teorinya, Dr Genge memeriksa catatan cuaca setelah letusan tahun 1883 dari gunung berapi Indonesia lainnya, yaitu Gunung Krakatau.
Data menunjukkan suhu rata-rata yang lebih rendah dan mengurangi curah hujan segera setelah letusan dimulai, dan curah hujan global lebih rendah selama letusan daripada periode sebelum atau sesudahnya.
Ia juga menemukan laporan gangguan ionosfer setelah letusan Gunung Pinatubo pada tahun 1991, Filipina, yang mungkin disebabkan oleh abu bermuatan di ionosfer dari gunung berapi. Selain itu, jenis awan khusus, yaitu awan noctilucent muncul lebih sering daripada biasanya setelah letusan Krakatau.
Dr Genge menyatakan bahwa awan ini memberikan bukti tentang terangkatnya debu elektrostatik dari letusan gunung berapi besar.
Dr Genge berkata: "Vigo Hugo dalam novel Les Miserables mengatakan tentang Pertempuran Waterloo: langit yang sangat gelap yang cukup untuk membawa runtuhnya Dunia. Sekarang kita lebih dekat untuk memahami bagian Tambora dalam Pertempuran itu."
Pertempuran Waterloo terjadi di Belgia pada 18 Juni 1815. Perang ini menandai kekalahan Napoleon Bonaparte, yang telah menguasai sebagian besar Eropa pada awal abad ke-19. Ini adalah pertempuran antara Wellington dengan tentara Inggris dan Sekutunya, serta Napoleon dengan Garda Kerajaan Prancisnya.
Letusan Gunung Tambora tahun 1815
Mengutip Kompas.com, Gunung Tambora meletus pada 10 April 1815. Letusan itu melontarkan sekitar 140 miliar ton magma. Tidak hanya membunuh lebih dari 71.000 orang di Pulau Sumbawa, tetapi abu yang dilepaskannya menciptakan anomali iklim global.
Live Science menyebut letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa pada tahun 1815 sebagai letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah. 10 ribu orang tewas secara langsung akibat letusan tersebut, dan yang lainnya meninggal kemudian akibat bencana kelaparan dan penyakit yang menyerang.
Letusan Gunung Tambora terasa hingga Eropa dan Amerika. Masyarakat di dua wilayah tersebut mengalami bencana kelaparan akibat abu vulkanik Tambora yang menyebabkan tahun tanpa musim panas. Jika kerusakan di sekitar Tambora disebabkan oleh semburan awan panas, kematian massal skala global justru disebabkan oleh pendinginan Bumi pasca-letusan.
Pada tahun 1816 tidak ada musim panas. Salju turun di bulan Juni di Albany, New York. Penurunan suhu bumi pada saat itu mencapai 0,4 hingga 0,7 derajat Celsius. Dampaknya adalah kegagalan panen secara global. Sungai es terlihat pada bulan Juli di Pennsylvania. Ratusan ribu orang mati kelaparan di seluruh dunia.
Yang bisa disebut sebagai "berkah", letusan Tambora ternyata menginspirasi penemuan sepeda di Eropa. Abu yang dikeluarkan Tambora memengaruhi suhu rata-rata dunia turun hingga 3 derajat Celsius. Letusan ini juga membuat sejumlah negara di belahan bumi utara tidak memiliki musim panas selama satu tahun.
Tanaman gagal dipanen dan banyak ternak mati karena kelaparan, salah satunya adalah kuda yang saat itu banyak dimanfaatkan manusia sebagai alat transportasi untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Kondisi inilah yang kemudian menginspirasi pembuatan sepeda. Pada tahun 1817, seorang Jerman bernama Karl von Drais membuat kendaraan dengan dua roda. Ketika itu namanya belum sepeda. Ada yang menyebutnya sepeda roda dua, kuda kayu, sampai kuda mainan . Pada masa itu, sepeda belum menggunakan mesin kecepatan aerodinamis seperti sepeda yang saat ini ada.
Sepeda itu juga beratnya masih 23 kg, rodanya juga terbuat dari kayu, tempat duduknya dari kulit yang dipaku ke kerangka sepeda, sementara bagian stang terbuat dari bahan yang sama dengan roda yaitu dari bahan kayu. Pengguna menggerakkan sepeda itu dengan mengarahkan kakinya ke depan.
Drais membawa sepeda temuannya ke Prancis dan Inggris sehingga menjadi sangat populer. Salah seorang warga Inggris, Denis Johnson membuat versi sendirinya dan menjualnya kepada para bangsawan London.
Sepeda pada masa itu mencapai kesuksesan selama beberapa tahun hingga akhirnya dilarang karena dianggap membahayakan pejalan kaki. Setelah sempat menghilang, sepeda kembali muncul pada tahun 1860-an. Kali ini, roda sudah terbuat dari baja sementara rangka masih terbuat dari bahan dasar kayu.
Saat itu orang-orang mengenal sepeda sebagai "kaki cepat". Hingga akhirnya diciptakan pedal yang mengubah cara kerja sepeda, dari yang sebelumnya dioperasikan dengan tenaga yang diberikan ke depan. Seorang pria asal Jerman bernama Karl Kech mengklaim bahwa dia adalah orang pertama yang memasang pedal pada sepeda pada tahun 1862. Namun paten pertama untuk pedal ini tidak diberikan kepada Kech, melainkan kepada Pierre Lallement, pembuat kereta Prancis, pada tahun 1866.
Demikianlah riwayat letusan Gunung Tambora tahun 1815, selain menciptakan bencana juga membawa berkah bagi dunia.
Demikianlah Artikel Karena Letusan Gunung Berapi di NTB, Napoleon Bonaparte Kalah Perang, Dunia Memasuki Tahun Tanpa Musim Panas, Sepeda Juga Terlahir
Anda sekarang membaca artikel Karena Letusan Gunung Berapi di NTB, Napoleon Bonaparte Kalah Perang, Dunia Memasuki Tahun Tanpa Musim Panas, Sepeda Juga Terlahir dengan alamat link https://www.punyakamu.com/2025/07/karena-letusan-gunung-berapi-di-ntb.html
0 Response to "Karena Letusan Gunung Berapi di NTB, Napoleon Bonaparte Kalah Perang, Dunia Memasuki Tahun Tanpa Musim Panas, Sepeda Juga Terlahir"
Post a Comment