Judul : Maskapai Penerbangan Internasional yang Terdampak Perang Iran dan Israel
link : Maskapai Penerbangan Internasional yang Terdampak Perang Iran dan Israel
Maskapai Penerbangan Internasional yang Terdampak Perang Iran dan Israel

Terbaik untukmu , Jakarta - Konflik antara Iran dan Israel sejak 13 Juni 2025 telah mengguncang industri penerbangan global karena penutupan wilayah udara di beberapa negara Timur Tengah. Sejumlah maskapai terpaksa membatalkan atau mengalihkan rute penerbangan.
Dikutip dari halaman Arab Baru , pada Senin, 23 Juni 2025, ratusan pesawat di sekitar wilayah udara Qatar menerima pesan satelit melalui ACARS yang berisi " Tidak Ada Keberangkatan dan Kedatangan Karena Pembatasan Ruang Udara Hingga Pemberitahuan Lebih Lanjut atau pernyataan yang menyatakan bahwa tidak ada keberangkatan dan kedatangan yang berlaku karena pembatasan wilayah udara sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.
Penutupan ini dimulai dari pemberitahuan pada pukul 12.20 GMT oleh NOTAM ( Pengumuman untuk Pilot ) yang menyatakan penutupan Pangkalan Udara Al Udeid selama delapan jam. Tidak lama kemudian, Qatar Airways menghentikan semua penerbangan , diikuti oleh Kuwait, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Irak yang juga menutup wilayah udara mereka sebagai tindakan pencegahan.
Bandara Internasional Hamad di Doha sempat mengalami gangguan yang menyebabkan antrean panjang untuk penerbangan. Bandara Internasional Hamad kembali beroperasi pada dini hari Selasa, 24 Juni 2025 dengan penerbangan pertama dioperasikan oleh Flynas milik Arab Saudi menuju Jeddah.
Dikutip dari laporan Al Jazeera , Air India juga menghentikan semua penerbangan ke Timur Tengah, Eropa, dan Pantai Timur Amerika Serikat. IndiGo, British Airways, Air France, KLM, Singapore Airlines, dan Etihad membatalkan atau mengalihkan penerbangan ke hub Teluk seperti Doha, Dubai, Abu Dhabi, Riyadh, dan Dammam. Penumpang Qantas yang tujuannya Paris, yang telah menempuh perjalanan selama 15 jam dan terpaksa kembali ke Perth akibat penutupan wilayah udara.
Emirates menunda penerbangan ke Teheran, Baghdad, dan Basra hingga 30 Juni, sementara FlyDubai menghentikan layanan ke Iran, Irak, Israel, dan Suriah. Qatar Airways membatalkan penerbangan ke ketiga negara tersebut untuk menekankan keselamatan penumpang dan kru.
Etihad Airways juga menghentikan rute Abu Dhabi-Tel Aviv hingga 15 Juli dan menawarkan opsi perjalanan alternatif bagi penumpang. SalamAir dari Oman juga menangguhkan penerbangan ke Iran, Irak, dan Azerbaijan karena situasi regional yang tidak menentu.
Penerbangan ke Australia, seperti yang dikonfirmasi oleh menteri luar negeri negara tersebut, mengalami penundaan atau perubahan rute. British Airways mengalihkan penerbangan London-Dubai ke Zurich setelah memasuki wilayah udara Arab Saudi. Layanan penerbangan ke Bahrain juga dihentikan hingga akhir Juni.
Kehilangan Jutaan Dolar .
Penutupan wilayah udara Iran, Irak, dan Israel yang luasnya setara dengan Eropa Barat telah menghantam industri penerbangan dan menciptakan efek domino global. "Pesawat dipaksa mengambil rute yang lebih jauh ke selatan, waktu penerbangan memanjang, dan biaya melonjak," kata analis penerbangan Alex Macheras kepada Al Jazeera . Bagi maskapai penerbangan, waktu adalah uang, dan perubahan rute sangat merugikan.
Macheras mengatakan, Timur Tengah adalah jalur vital bagi penerbangan global terutama untuk rute Eropa-Asia. Menurutnya, wilayah udara Iran dan Irak berada di poros alami timur-barat yang memberikan jalur langsung untuk penerbangan penumpang dan kargo dari Eropa ke Asia Selatan dan Tenggara. Sebelum 13 Juni, Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv mencatat rata-rata 417 pergerakan pesawat per hari, sedangkan Bandara Imam Khomeini di Teheran mencapai 128 pesawat per hari.
Penutupan ini menyebabkan kerugian ratusan ribu dolar per hari dari biaya pendaratan dan penanganan. Amer Abdul-Jabbar dari Komite Transportasi Parlemen Irak mengungkapkan, kehilangan pendapatan dari 500 pesawat yang melintasi wilayah udara mereka setiap hari. Nilainya bisa mencapai jutaan dolar per bulan.
Iran biasanya mengenakan biaya navigasi udara minimal 2.300 dolar AS per pesawat. Untuk maskapai besar seperti Emirates dan Qatar Airways yang mengoperasikan Airbus A380, Iran diperkirakan kehilangan lebih dari 250.000 dolar AS per hari.
Penutupan wilayah udara tersebut juga meningkatkan biaya bahan bakar. Penerbangan yang biasanya melewati Iran, seperti rute Beirut ke timur, kini memakan waktu 55 menit lebih lama. Menurut Asosiasi Angkutan Udara Internasional (IATA), harga bahan bakar pesawat terbang global melonjak 12,9% pekan lalu turut memperparah tekanan ekonomi. Kenaikan harga minyak yang terus berlanjut ini dapat memicu kenaikan tarif tiket.
Mila Novita ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.Demikianlah Artikel Maskapai Penerbangan Internasional yang Terdampak Perang Iran dan Israel
Anda sekarang membaca artikel Maskapai Penerbangan Internasional yang Terdampak Perang Iran dan Israel dengan alamat link https://www.punyakamu.com/2025/07/maskapai-penerbangan-internasional-yang.html
0 Response to "Maskapai Penerbangan Internasional yang Terdampak Perang Iran dan Israel"
Post a Comment