Judul : Renungan Harian Katolik Kamis 10 Juli 2025, "Menerima dengan Cuma-cuma"
link : Renungan Harian Katolik Kamis 10 Juli 2025, "Menerima dengan Cuma-cuma"
Renungan Harian Katolik Kamis 10 Juli 2025, "Menerima dengan Cuma-cuma"

Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Dengan Pastor John Lewar SVD
Biara Santo Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Kamis, 10 Juli 2025
Hari Biasa Pekan Ke-14
Kej. 44:18-21,23b-29; 45:1-5; Mzm. 105:16-17,18-19,20-21;
Matius 10:7-15
Warna Liturgi Hijau
Menerima secara gratis
"Gratis" adalah sebuah kata yang sering kita dengar. Artinya, orang tidak perlu membayar atau tidak dikenakan (dipungut) biaya. Bahasa kerennya gratis. Contoh, mulai tahun ini beberapa Sekolah Dasar dan
menengah di Tanah Air, tidak dipungut biaya, sekolah gratis.
Pemerintah daerah akan membiayai sekolah mereka. Salah satu di antaranya adalah Gubernur Maluku Utara. Menerima dengan cuma-cuma dalam konteks keagamaan, khususnya merujuk pada konsep pemberian kasih karunia atau anugerah dari Tuhan yang tidak perlu dibayar atau didapatkan melalui usaha manusia sendiri.
Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk memberikan pengajaran dan pelayanan secara cuma-cuma, seperti yang mereka terima.
Ketika mengutus para murid, Yesus berkata: "Kamu telah menerimanya secara gratis, maka berikanlah juga secara gratis," kata Yesus.
Para murid diutus untuk menyampaikan kabar gembira dan kerajaan Allah sudah dekat. Murid-murid yang dipilih oleh Yesus tanpa usaha dari pihak mereka sendiri. Mereka tidak dikenakan biaya pendaftaran.
Mereka diberi kuasa secara gratis untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk menghilangkan segala penyakit dan kelemahan (Mat 10:1); juga kuasa untuk menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang kusta dan mengusir setan (ay. 7-8a).
Mereka menerima Injil tentang Kerajaan Surga secara gratis. Mereka yang mengikuti Yesus menjadi anggota-anggota Kerajaan itu.
Apa pun yang mereka terima secara gratis. Mengenai menerima secara gratis ini, kita ingat akan kata-kata Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus demikian, "Apa yang kamu miliki, yang tidak kamu terima?"
Dan jika memang engkau menerimanya, mengapa engkau membanggakan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?" (1Kor 4:7).
Bahkan membanggakan diri seolah-olah apa yang ada pada dirinya adalah karena jasanya sendiri, karena usaha dan kerja kerasnya sendiri, dan tidak menyadari bahwa di balik semuanya itu adalah rahmat dari Allah? Tidak ada alasan sama sekali bagi manusia untuk membanggakan diri di hadapan Allah.
"Segala sesuatu adalah berkat," kata Santo Teresa dari Anak Yesus dan Wajah Kudus. Pengakuan seperti ini membuat orang bersikap rendah hati kepada Allah, dan dalam semangat kerendahan hati itu, yang meluap dari hatinya adalah pujian dan rasa syukur kepada Allah.
Oleh karena itu, apa yang telah diterima murid secara gratis, seharusnya mereka berikan juga secara gratis. Dalam memberikan yang baik, harus didasari oleh kasih, bukan didasari oleh jiwa pedagang atau pengusaha yang selalu menghitung untung rugi.
Bahkan, jika harus memberi, mereka harus siap menderita kerugian agar orang lain beruntung dan bahagia. Misalnya, untuk kebutuhan konsumsi anak-anak yang mengadakan rekreasi, ternyata sumbangan dari para peserta tidak mencukupi, sehingga panitia harus mengeluarkan biaya dari kantong mereka sendiri. Ini adalah panitia sekaligus pelayan sejati, yang siap menderita kerugian, siap rugi.
Kehidupan kita selalu diperkaya oleh Allah. Kita menerima segalanya dari Allah yang Maha Pengasih. Semua yang kita terima adalah secara gratis.
Seperti yang diingatkan oleh Santa Teresia Benedikta dari Salib, seorang santa Jerman yang juga dikenal sebagai Santa Edith Stein, "Inti terdalam dari kasih adalah memberi." Tentu saja, memberi secara gratis, memberi tanpa pamrih.
Dalam menjalankan tugas pelayanan kita, marilah kita memberikan apa yang telah kita terima dari Allah secara gratis. Kita melakukannya selama kita sehat, kuat, dan penuh semangat.
Kita melakukannya selagi kita bisa, sebagaimana dikatakan Santa Birgitta dari Swedia, "Kita harus memberi selama kita masih mampu memberi, karena kita juga memiliki Seorang Pemberi yang murah hati," yaitu "Allah yang kaya akan kasih karunia" (Ef 2:4). "Menerima dengan cuma-cuma" menekankan pemberian gratis dari Tuhan, sekaligus mendorong umat-Nya untuk memberi secara cuma-cuma.
sebagai ekspresi rasa syukur dan kasih. Kita telah menerima secara gratis, maka berikanlah secara gratis pula.
Doa:
Tuhan Yesus, Engkau telah mengundang aku untuk menyampaikan Kerajaan Allah di dunia ini. Kiralah Roh Kudus untuk menerangi jalan hidupku agar tugas perutusan yang dipercayakan kepadaku dapat dilaksanakan dengan baik dan membawa banyak orang datang kepadaMu. Amin.
Sahabatku yang tercinta. Selamat Hari Kamis Pekan Biasa XIV. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluargamu di mana pun kalian berada: Bapa dan Putra dan Roh Kudus...Amin. (Pastor John Lewar SVD)
Demikianlah Artikel Renungan Harian Katolik Kamis 10 Juli 2025, "Menerima dengan Cuma-cuma"
Anda sekarang membaca artikel Renungan Harian Katolik Kamis 10 Juli 2025, "Menerima dengan Cuma-cuma" dengan alamat link https://www.punyakamu.com/2025/07/renungan-harian-katolik-kamis-10-juli.html
0 Response to "Renungan Harian Katolik Kamis 10 Juli 2025, "Menerima dengan Cuma-cuma""
Post a Comment