Wamil dan STIFIn: Anak Sensing Ekstrovert dan Tantangan Komunikasi Formal

Wamil dan STIFIn: Anak Sensing Ekstrovert dan Tantangan Komunikasi Formal - Hallo sahabat Punya Kamu, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Wamil dan STIFIn: Anak Sensing Ekstrovert dan Tantangan Komunikasi Formal, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel anak -anak dan keluarga, Artikel masalah sosial, Artikel pemerintah, Artikel pendidikan, Artikel politik dan pemerintahan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Wamil dan STIFIn: Anak Sensing Ekstrovert dan Tantangan Komunikasi Formal
link : Wamil dan STIFIn: Anak Sensing Ekstrovert dan Tantangan Komunikasi Formal

Baca juga


Wamil dan STIFIn: Anak Sensing Ekstrovert dan Tantangan Komunikasi Formal

Perjalanan ke Singapura kali ini tidak sepenuhnya berjalan sesuai rencana. Urusan administratif di CMPB (Central Manpower Base) yang awalnya diperkirakan selesai dalam sehari, justru terhambat karena satu hal yang sangat manusiawi: komunikasi. Bukan karena perbedaan bahasa, tetapi karena karakter anak yang menjadi pusat data ternyata belum mampu menyampaikan informasi dengan jelas dalam situasi resmi.

Ia bukan anak biasa. Dari segi kemampuan, cepat tanggap, gesit, dan sebenarnya cukup cerdas. Tapi ketika diminta menjelaskan kronologi dalam ruang formal, ia hanya menjawab sepotong-sepotong, seperti bingung harus mulai dari mana. Dari sini, aku teringat bahwa anak ini memiliki kecenderungan kepribadian Sensing ekstrovert (Se), berdasarkan konsep STIFIn.

Apa yang Terjadi Saat Anak Sekolah Bertemu Sistem Formal

Anak Se mengandalkan fakta konkret dan respons cepat terhadap lingkungan sekitar. Mereka hidup dalam real-time, merespons hal yang mereka lihat, dengar, dan rasakan secara langsung. Dalam keseharian, mereka sangat aktif dan spontan. Tapi justru karena itu, ketika masuk ke ruang yang kaku dan penuh protokol --- seperti wawancara administratif --- mereka bisa mati gaya.

Penelitian mendukung kecenderungan ini. Studi dari The Free Library menyebutkan bahwa anak-anak dengan kecenderungan ekstrovert memiliki keunggulan dalam strategi sosial dan eksplorasi lingkungan, tetapi seringkali tidak siap menghadapi tuntutan struktur verbal formal. Mereka lebih suka komunikasi dua arah yang cepat, dibanding harus menjelaskan sesuatu secara runtut dan mendalam.

Ini membuat mereka terlihat "tidak siap" atau "tidak paham", padahal sebenarnya informasi ada di kepala mereka --- hanya saja tidak keluar dengan cara yang sesuai ekspektasi sistem. Ini yang saya lihat di CMPB: anak ini bukan tidak tahu, tapi tidak terbiasa menyampaikan secara sistematis.

Mengapa Ini Bisa Terjadi

Masalahnya bukan pada anak-anak, tetapi pada kurangnya ruang latihan dan lingkungan yang mendukung gaya belajar serta komunikasi mereka. Banyak anak tumbuh dalam sistem yang menghargai ketenangan, ketertiban, dan penyampaian verbal yang jelas — padahal mereka lebih kuat dalam visual, praktik langsung, dan pengalaman nyata.

Sayangnya, belum banyak orang tua atau sekolah yang menyadari bahwa cara berpikir dan menyampaikan informasi anak SE sangat khas. Tanpa latihan yang tepat, potensi mereka justru terlihat seperti "masalah perilaku". Padahal, mereka hanya butuh pendekatan yang sesuai.

Apa yang Bisa Dilakukan

Daripada memaksa anak untuk mengikuti sistem komunikasi formal dari awal, lebih bijaksana jika kita memberikan mereka latihan yang sesuai dengan tahap perkembangan mereka. Misalnya, memberi mereka kesempatan untuk menyusun ide melalui gambar, praktik, atau tanya jawab ringan sebelum masuk ke format tanya jawab formal. Orang tua dan pendidik juga dapat berperan sebagai jembatan—sebagai "penerjemah" antara spontanitas anak dan tuntutan sistem.

Dengan cara itu, mereka tidak merasa gagal atau tertekan saat berhadapan dengan institusi seperti CMPB — melainkan siap, percaya diri, dan tetap bisa menjadi diri sendiri.

Refleksi dari Singapura

Pengalaman ini membuka mata: bahwa komunikasi bukanlah soal bisa atau tidak, tetapi soal cocok atau tidak dengan cara berpikir anak. Dan bahwa anak Se bukanlah anak yang sulit diatur atau kurang paham — mereka hanya belum bertemu dengan cara yang membuat mereka nyaman untuk menyampaikan isi pikirannya.

Urusan di CMPB akhirnya bisa dilanjutkan setelah menunggu penerjemah, tapi ada pelajaran besar yang tidak tertulis dalam dokumen apa pun: anak-anak dengan karakter khas seperti Se hanya perlu didengar dan difasilitasi dengan cara yang sesuai. Bukan diubah.

Dan mungkin, itu adalah pelajaran yang jauh lebih penting daripada urusan administrasi.



Demikianlah Artikel Wamil dan STIFIn: Anak Sensing Ekstrovert dan Tantangan Komunikasi Formal

Sekianlah artikel Wamil dan STIFIn: Anak Sensing Ekstrovert dan Tantangan Komunikasi Formal kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Wamil dan STIFIn: Anak Sensing Ekstrovert dan Tantangan Komunikasi Formal dengan alamat link https://www.punyakamu.com/2025/07/wamil-dan-stifin-anak-sensing.html

0 Response to "Wamil dan STIFIn: Anak Sensing Ekstrovert dan Tantangan Komunikasi Formal"

Post a Comment